1 Jun 2022

 

KESIMPULAN DAN REFLEKSI MODUL 1.1.

REFLEKSI FILOSOFI PENDIDIKAN NASIONAL – KI HAJAR DEWANTARA

Oleh : Eva Hartati

    Dalam dunia pendidikan nama tokoh Ki Hajar Dewantara tidak bisa dilepaskan dari  sejarah perjuangan pendidikan Indonesia, karena dari beliaulah pendidikan yang memerdekakan lahir. Sejarah pendidikan dimasa kolonial mencatat  bahwa pendidikan pada masa itu hanya ditujukan untuk kepentingan kolonial semata, baru kemudian oleh ki Hajar Dewantara Pendidikan diperjuangkan menjadi Pendidikan yang memerdekakan. 

    Pemikiran Ki Hajar Dewantara konsep Pendidikan berbeda dengan pengajaran, pengajaran merupakan bagian dari Pendidikan. Pengajaran diartikan sebagai cara memberi ilmu atau berfaedah buat hidup anak-anak baik lahir maupun batin, sedangkan pendidikan adalah menuntun segala kodrat anak agar mereka mencapai kebahagiaan dan keselamatan yang setinggi-tingginya, baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Setiap anak memiliki kodrat keadaan yang terdiri atas kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam berkaitan dengan sifat dan bentuk lingkungan dimana anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan isi dan irama. Tumbuh kembang anak diwarnai oleh kodrat yang mereka miliki dan akan di tebalkan garis kodratnya melalui Pendidikan.

    Dalam mendidik  guru “menuntun”, dalam hal ini  guru sebagai pamong yang memberikan tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya serta dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar. Guru sebagai pendidik bukan mengisi atau menuntut, tapi menuntun anak menemukan potensi kuat dalam diri mereka, mengembangkan cipta, rasa dan karya dalam diri anak untuk kemudian berkembang dan mencapai kemanfaatan bagi diri dan lingkungannya dengan selamat dan Bahagia. Anak-anak juga harus di didik sesuai dengan kodrat zamannya yakni kekuatan, potensi atau keadaan yang berubah secara dinamis sesuai dengan kondisi sosial, budaya masyarakat atau perkembangan zaman. Ki Hajar Dewantara juga menekakan pada konsep Pendidikan yang mendasar pada sosiokultural masyarakat setempat, kekuatan sosio-kultural menjadi proses “menebalkan” kekuatan kodrat anak, dan  Ki Hajar Dewantara juga berpesan untuk guru dapat menuntun anak sesuai zamannya, anak anak dapat tumbuh dan terbuka terhadap perubahan-perubahan dunia tetapi tetap membumi pada karakter sesuai sosio kultur mayarakat lokal.

    Selanjutnya yang tak kalah penting dari pemikiran Ki Hajar Dewantara adalah Budi pekerti. Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa keluarga merupakan tempat yang utama dan paling baik untuk melatih Pendidikan sosial karakter baik bagi seorang anak. Keluarga menjadi tauladan utama bagi anak bahkan melatih kecerdasan budi pekerti  anak. Lingkungan keluarga dapat menciptakan ekosistem kecil yang kondusif bagi persemaian nilai-nilai karakter baik pada anak.

    Berkaca pada konsep pemikiran KI Hajar Dewantara, secara Kontekstual pemikiran Ki Hajar Dewantara sangat relevan untuk diterapkan dalam Pendidikan saat ini. Dimana selama ini kita menemukan anak anak kita belum merdeka seutuhnya dalam belajar. Ruang-ruang kelas masih menjadi belenggu bagi anak-anak kita kerena mereka tidak di “tuntun”  dalam belajar tapi “dituntut”,  mereka dituntut untuk mengikuti kemauan orang dewasa, sehingga mereka tidak menemukan potensi unik dalam diri mereka yang seharusnya bisa tumbuh dan berkembang secara merdeka. Anak anak kita memiliki sedikit ruang untuk mengeksplorasi diri mereka secara utuh, bahkan tidak ada ruang kolaborasi, dan  Pendidikan masih berpusat pada guru, anak atau murid masih menjadi objek bukan subjek dalam Pendidikan. Oleh karena itu dengan konsep pemikiran Ki Hajar Dewantara yang dibangun Kembali saat ini kiranya bisa mengembalikan anak-anak kita pada kemerdekaan belajar yang seutuhnya.

    Terlebih pada semboyan KHD dalam Pendidikan yakni “Ing ngarso sung tulodo,  ing madyo mangun  karso dan tut wuri handayani.  Yang berarti guru Ketika berada di depan menjadi tauladan, Ketika berada di tangah dia membangun semangat, dan Ketika berada di belakang  guru mendorong, menopang dan menunjukkan arah yang benar . Semboyan ini senansiasa menjadi pengingat guru dalam mendidik, termasuk saya, selama ini saya sebagai guru telah mencoba menjadi tauladan bagi anak-anak, dengan memberi contoh kebiasaan baik, saya juga membuka ruang bagi anak anak untuk bekolaborasi sesama murid dalam mengerjakan tugas-tugas secara berkelompok, atau  mereka diberikan kesempatan menuangkan ide dan gagasan-gagasan dalam belajar, bergotong royong, kreatif dan berakhlak mulia. Tetapi semua itu belum lah maksimal, karena setalah saya mendalami pemikiran Kihajar Dewantara, saya menemukan bahwa anak-anak memiliki kodrat mereka masing masing yang perlu  tuntunan, dan dengan latar belakang mereka yang berbeda dan beraneka,  maka guru harus bisa  mengenal mereka secara tulus, mendampingi mereka dengan cinta, mengetahui apa yang mereka butuhkan, menyesuaikan dengan apa yang mereka ingin bangun dari dirinya, kemudian guru menuntun mereka untuk peka terhadap perubahan agar mereka tidak tertinggal dengan perubahan zaman, tapi mereka juga tidak melepasakan budi pekerti mereka yang menjadi pegangan hidup. Anak anak tidak bisa disamaratakan, karena mereka masing masing memiliki pribadi yang unik, sebagai contoh setiap anak memilik cara atau gaya belajar yang berbeda, maka sepatutnya kita sebagai guru dapat memilih metoda yang tepat agar anak dapat senang dalam belajar. 

    Adalah sebuah harapan yang kini ada dibenak saya, guru sebagai pendidik harus membangun ekosistem yang kondusif aman dan nayaman bagi tumbuh kembang anak, agar anak merdeka dalam belajar. Mereka bisa berbudi pekerti, menjalakan nilai nilai kagamaan, kreatif, inovatif, mandiri, memahami perbedaan, dan gotong royong. Konsep Ki Hajar Dewantara bahwa Pendidikan menghamba pada anak, menengur saya untuk saya bisa punya cinta yang banyak pada anak anak dalam mendidik, menghamba pada anak bukanlah mengikuti kemauan anak, tetapi memahami kenakaragaman anak, untuk kemudian dapat memperlakukan mereka sesuai dengan kebutuhan mereka dengan cinta yang tulus. Guru juga tidak bisa sendiri dalam mendidik, guru membutuhkan kolaborasi dengan berbagai pihak terutama orang tua, karena sejatinya orang tualah yang tau kebutuhan anak-anak  dalam bertumbuh, guru juga perlu berkolaborasi dengan teman sejawat, kepala sekolah dan juga lingkungan masyarakat, agar ekosistem yang dibangun memberikan layanan prima pada anak untuk tumbuh dan berkembang secara maksimal.

    Beberapa hal yang kiranya perlu saya lakukan untuk memperbaharui prilaku saya dalam mendidik antara lain :

Ø  Mempersiapkan kelas dan kondisi kelas yang kondusif, nyaman, aman dan tanpa tekanan, serta membangun kesepakatan kelas dengan komitmen dan tanggung jawab.

Ø  Melakukan tes awal untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelamahan anak, sehingga saya dapat merancang pembelajaran di kelas yang sesuai dengan kebutuhan anak.

Ø  Menggunakan pendekatan kontekstual dan model pembelajaran yang menyenangkan bagi anak.

Ø  Membangun kemerdekaan belajar anak dengan terbuka terhadap ide dan gagasan anak, dan menjadikan mereka sebagai subjek dalam belajar.

Ø  Menanamkan budaya positif, yang sesuai dengan nilai sosiokultur dari masyarakat, seperti membiasakan salam, senyum dan sapa, berdoa pada awal dan kahir pembelajaran, menyanyikan lagu nasional dan daerah, menjaga kebersihan, sadar lingkungan, perduli sesama, Kerjasama, memiliki rasa tanggungjawab, menghargai, komitmen dan sikap toleransi, serta sikap positif lainnya.

Ø  Membagun hubungan baik dengan orang tua, teman sejawat, manajeman sekolah dan lingkungan masyarakat, agar mampu mendukung lingkungan yang kondusif bagi anak agar merdeka belajar. 

    Dengan beberpa Langkah diatas kiranya saya dapat mewujudkan kemerdekaan belajar bagi anak anak didik saya dan menjadikan mereka manusia yang selamat dan Bahagia.

 

Informasi penulis

Nama : Eva Hartati

CGP Angkatan 5

Unit Kerja : SMA Negeri 16 Jakarta, Propinsi DKI Jakarta

Tahun 2022

 

 

 

 

 

 

 

3 komentar:

Terima kasih telah berkomentar dengan santun

  Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin. Tugas 3.1.a.8.1 Blog Rangkuman Koneksi Antar Materi Modul 3.1 Fasil...